Madah 229-233



M 229
Pohon yang besar dan tinggi itu kalau dia tumbang atau jatuh, bunyinya kuat bergema satu kampong. Tetapi kalau pohon yang kecil lagi rendah tumbang bunyinya tidak kuat. Adakalanya tidak didengar. Begitulah pemimpin besar. Kalau dia jatuh dari jabatannya maka gemanya besar. Riuh rendah orang memperkatakannya. Seluruh negara bahkan seluruh dunia.

M 230
Setinggi-tinggi pohon ada ujungnya. Kalau memanjat pohon sampai ke ujungnya berhati-hatilah. Pada waktu itu tanda kita akan turun. Malah kita turun dengan cara biasa agar kita selamat. Jangan turun terjatuh karena tidak berhati-hati. Karena akan dapat memudaratkan. Begitulah seseorang jika naik menjadi pemimpin. Janganlah mentang-mentang sudah berkedudukan tinggi, kita sombong. Kita dapat berbuat apa saja. Kalaulah nanti sikap kita itu menjadi sebab kita jatuh, maka gemanya besar dan kita akan mendapat malu besar.

M 231
Kalau kita suka meminta-minta maka akan terjadi kepada kita berikut ini. Pertama: maruah kita akan jatuh. Kedua: hilang wibawa. Ketiga: orang kurang percaya kepada kita. Keempat: kalau orang tidak memberi kita akan kecewa atau hati kita cacat dengannya. Kelima: kita terhutang budi kepadanya. Keenam: kita akan menjadi orang yang malas bekerja. Ketujuh: hilang kemerdekaan kita. Kedelapan: kita tidak suka memberi, menghilangkan pahala. Kesembilan: kalau orang itu membuat salah kita menjadi serba salah untuk menasihatinya. Kesepuluh: kalau orang benci dengan sikap kita mereka tidak mau memberi lagi. Kita akan susah karena tidak bisa bekerja. Kesebelas: orang benci dengan kita.

M 232
Hendaklah kita menjadi orang yang pemurah dengan harta, tenaga, buah pikiran, kemesraan, waktu, nasehat, toleransi dan lapang dada.

M 233
Tidak pasti orang yang senang jiwanya tenang. Tidak pasti orang yang susah jiwanya parah. Mungkin juga orang yang senang tenang jiwanya. Begitu juga orang yang susah jiwanya parah. Semuanya ini bergantung kepada Iman dan ketakwaan seseorang itu.

No comments:

Bumi Tuhan... Bersaksilah