Bulan Ramadhan sangat mulia, membawa rahmat.
Kedatangannya berkat dan maghfirah.
Pahala berlipat ganda, lailatul qadar seperti panjang umur.
Kedatangannya seperti kedatangan seorang pemimpin yang mulia yang sangat dihormati.
Seorang pemimpin seperti Rasul yang maksum.
Akhlaknya tinggi dan mulia serta berilmu dan berwibawa.
Pemurahnya seperti hujan lebat, tawadhuknya menghancurkan hati yang keras.
Pemaafnya menjadikan orang malu.
Mengutamakan orang, setiap hati terpaut kepadanya.
Beraninya menggentarkan musuhnya, berstrategi dan berhikmah.
Ilmunya diucapkan seperti mutiara, mendengar ilmunya tidak bosan-bosan.
Kehilangannya dirindui, kedatangannya dinanti-nanti.
Begitulah Ramadhan jika dia seorang manusia, manusia yang luar biasa.
Apa kita katakan jika ada orang yang berhadapan dengan Ramadhan ibarat pemimpin yang digambarkan tadi?
Ada orang yang tidak mempedulikannya langsung, ia dianggap orang biasa.
Orang yang tidak mempedulikannya adalah orang gila.
Ada orang yang hanya memanfaatkan pemurahnya saja, tetapi orangnya tidak dihormati.
Orang ini adalah orang yang tidak berakhlak mulia.
Ada orang yang senang dengan wibawa pemimpin itu tetapi tidak mengikutinya.
Orang ini senang dengan pemimpin itu tetapi didikan dan pengajarannya tidak dapat diterimanya.
Orang ini tetap orang bodoh dan rosak jiwanya.
Ada orang yang jika berhadapan dengannya terpengaruh dengan kecantikannya.
Dia senang dengan rupa lahiriahnya saja.
Hati budinya tidak difahaminya, fikirannya tidak dapat diselaminya.
Orang ini mabuk dengan syariat lahiriahnya tetapi syariat batiniahnya tidak dapat dijangkaunya.
Orang ini masih tertipu tidak disedarinya.
Orang yang beruntung yang dapat menikmati seluruh kewujudan pemimpin itu.
Hati dan budi dapat dirasakannya, mutiara ilmunya dapat dimilikinya, didikannya dapat dicontohinya.
Inilah orang yang dapat menjadi bayangan gurunya.
Begitulah golongan manusia jika berhadapan dengan Ramadhan, jika ia dianggap seorang guru.
No comments:
Post a Comment