Aku sdg membersihkan rumah. Tiba2 anak lelakiku yg msh kecil berlari ke arahku. Dia tersenggol satu pot bunga yg terbuat dari kaca. Pecah hancur berantakan.
Aku benar2 marah krn pot itu mmg mahal harganya. Tanpa ku sadari, aku telah melontarkan kata2,
"Matilah kamu! Semoga kamu ditimpa dinding bangunan dan tulang-belulangmu hancur!”
Tahun demi tahun berlalu. Anak lelakiku membesar, aku sdh lupa akan doa itu. Aku pun tak anggapnya penting dan aku tak tahu bhw doa itu telah naik ke langit.
Anak lelakiku dan adik2nya yg lain tumbuh besar. Dia anak sulung yg paling aku sayangi dari anak2ku yg lain. Dia anak yg rajin dan pandai menghormati aku dan berbakti kepadaku dibandingkan adik2nya yg lain.
Kini dia telah menjadi seorg insinyur. Tak lama lagi dia akan menikah. Tak sabar rasanya aku ingin menimang cucu.
Ayahnya punya sebuah bangunan yg sdh lama dan ingin direnovasi. Maka pergilah anakku bersama ayahnya ke gudang itu. Para pekerja sdh bersiap2 utk merobohkan satu dinding yg sdh usang.
Sementara pekerja sdg bekerja, anakku pergi ke belakang bangunan tanpa diketahui oleh siapa pun. Dgn tak disangka2 dinding bangunan itu roboh menimpanya!
Terdengar suara berteriak dalam runtuhan itu hingga suaranya tak kedengaran lagi.
Semua pekerja berhenti. Heran suara siapa? Mereka berlari ke arah reruntuhan itu. Mereka mengangkat dinding yg menghimpit anakku dgn susah payah dan segera memanggil Ambulan.
Mereka tdk dpt mengangkat badan anakku. Ia remuk seperti kaca yg jatuh pecah berkeping2.
Sebagian mereka mengangkat badan anakku yg hancur dgn hati2 dan segera membawanya ke UGD di RS.
Ketika ayahnya menghubungiku, seakan2 Allah menghadirkan kembali kata2ku padanya semasa ia msh kecil dulu.
Aku menangis hingga pingsan, setelah aku sadar, aku berada di RS dan aku meminta utk melihat anakku. Ketika melihatnya, aku seakan mendengar suara yg berkata,
"INI DOAMU KAN? Sudah AKU kabulkan! Setelah sekian lama engkau berdoa, skrg Aku akan mengambilnya!"
Ketika itu, jantungku seakan berhenti berdetak. Anakku menghembuskan nafasnya yg terakhir. Aku berteriak dan menangis sambil berkata,
"Ya Allah! Selamatkanlah anakku! Jgn pergi nak.."
Seandainya, lidah ini tdk mendoakan kejelekan 25 tahun yg lalu...!
Andaikan..! Andaikan..! Andaikan..! Tetapi kalimat ‘andaikan’ ini tak berguna lagi skrg ini..
Cerita ini dari satu kisah nyata! Pesanku pd para IBU. Jgn sekali2 terburu2 mendoakan KEBURUKAN anakmu ketika kamu sdg marah...!!!
Berlindunglah kepada Allah dari godaan iblis. Jika kamu ingin memukulnya, pukul sajalah, tapi jgn kamu mendoakannya dgn yg bukan2 sehingga kamu akan menyesal sepertiku...!!!!
Sungguh aku menulis ini dgn airmataku yg turut mengalir.
Wahai anakku..! Aku rela rohku turut bersamamu..! Hingga aku boleh beristirahat dari kepedihan yg aku rasakan setelah kepergianmu...
Tolong sebarkan cerita ini kpd semua wanita..! Doakanlah yg baik2 saja utk anak2! Doa itu pasti akan terjawab walaupun utk sekian lama. Tunggulah dan Allah pasti mengabulkannya.
(Disadur dari tulisan seorang ibu di Malaysia)
🙏
#JagaEmosi
#JagaPerkataan
#AkuSayangAnakku
No comments:
Post a Comment