Suami adalah seorang pemimpin dalam sebuah rumah tangga, mereka harus dihormati dan dijalankan semua perintahnya, selama perintahnya bukan untuk berbuat maksiat. Selain itu, seorang istri harus berusaha untuk menjaga hatinya dan perasaannya. Janganlah sampai seorang istri sering menyakiti hati suaminya, jika tidak ingin kehilangannya.
لاَ تُؤْذِي امْرَأَةُ زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنْ الْحُوْرِ الْعِيْنِ لاَ تُؤْذِيْهِ قَاتَلَكَ اللهُ فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكَ دَخِيْلٌ يُوْشِكُ أَنْ يُفَارِقَكَ إِلَيْنَا .
“Jika seorang isteri menyakiti suaminya di dunia, niscaya isterinya yang bidadari berkata: “Janganlah kamu menyakitinya, semoga Allah memerangimu. Sesungguhnya dia di sisimu hanyalah orang yang mampir. Sebentar lagi dia akan menceraikan kamu untuk berpulang kepadaku.” (HR. Ahmad, shahih menurut Al-Albani)
Seorang wanita hendaknya untuk lebih menjaga hati suaminya, jika suaminya memang bersalah ingatkanlah dengan baik-baik, jangan meninggikan suara dihadapan seorang suami agar hatinya tidak tersakiti. Lantas siapakah yang harus dijaga perasaannya, apakah suaminya atau orangtuanya (orang tua istri) ? Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita simak kisah Ummu Habibah, salah satu istri Rasululloh.
Ummu Habibah adalah salah satu istri Nabi shallallohu ‘alaihi wa sallam, beliau merupakancontoh istri yang sangat menjaga perasaan orangtuanya. Ketika terjadi peristiwa fathul makkah, Abu Sufyan (bapak Ummu Habibah), datang menemui Ummu Habibah dirumahnya dengan tujuan untuk melobi Rasululloh dan melunakkan hati beliau, sehingga beliau menggagalkan rencana untuk menyerang Makkah. Pada saat itu, Abu Sufyan masih berstatus kafir dan ingin duduk diatas alas duduk Rasululloh. Namun dengan tegas Ummu Habibah melarang ayahnya sendiri untuk duduk diatas alas duduk tersebut, sambil berkata, “Jangan kau duduk disini ? Ini alas duduk Rasululloh shallallohu’alaihi wa sallam sedangkan engkau seorang musyrik dan najis.” Ummu Habibah tidak ingin ayahnya sendiri duduk diatas alas duduk suaminya karena sangat menjaga perasaan suaminya. Oleh karena itu, sudah selayaknya seorang istri lebih menjaga perasaan suaminya melebihi perasaan orang tuanya sendiri.
No comments:
Post a Comment